Oleh : Syamril al Bugisyi, Rektor Kalla Institut
PortalAMANAH.com -- "Ustadz, apakah sah orang berbuka puasa hanya dengan niat?" Tanya seseorang di sebuah negara di Afrika. Sang ustadz balik bertanya "Mengapa hanya dengan niat?" "Kami tidak punya makanan atau minuman yang dapat dimakan". Jawab sang penanya.
Itulah kondisi beberapa negara Afrika yang diceritakan Ust. Ikhwan Abdul Djalil dalam salah satu ceramahnya. Kondisi alamnya kering kerontang. Terkadang 3 tahun hanya sekali turun hujan. Negaranya sangat miskin. Apalagi jika negara itu dilanda perang saudara. Tentu lebih miskin lagi.
Coba bandingkan dengan negeri kita Indonesia. Kaya raya, hijau royo royo, makanan melimpah. Jika saat berbuka puasa makanan yang tersedia bisa 5-10 macam. Sampai akhirnya kekenyangan dan makanan masih tersisa. Maka bersyukurlah atas semua karunia ini. Tapi ingat firman Allah :
"Makan dan minumlah tapi jangan berlebih-lebihan. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan".
Cerita lain dari Ust Ikhwan tentang suasana di Afrika khususnya di daerah kampung terpencil yaitu sulitnya mendapatkan mushaf Al Qur'an. Satu kampung yang punya mushaf Al Qur'an bisa jadi hanya satu orang. Maka mushafnya harus dibagi bagi. Anak-anak dan orang dewasa pun bergiliran membacanya.
Melihat kondisi itu mereka menjadi 'kreatif dan inovatif'. Daripada harus bergiliran dan tidak bisa membaca Al Qur'an kapan saja maka mereka pun berusaha menghafal Al Qur'an. Harapannya mereka bisa membaca kapan saja dari hafalannya. Akhirnya lahirlah banyak penghafal Al Qur'an.
Bandingkan dengan kondisi di rumah kita. Bisa jadi ada yang punya lebih dari 1 jenis mushaf Al Qur'an. Tapi mushaf tersebut masih tersimpan rapih di lemari. Jarang disentuh apalagi dibuka. Akhirnya berdebu. Begitu pula di masjid dekat rumah kita. Juga tersedia banyak mushaf Al Qur'an. Namun jamaah yang mengambil dan membacanya tiap hari sangat sedikit.
Mari bertekad di bulan Ramadhan ini untuk banyak berinteraksi dengan Al Qur'an. Jangan biarkan Al Qur'an di rumah dan masjid kita berdebu karena tidak pernah dibuka dan dibaca. Bertekadlah minimal di Ramadhan ini khatam 30 juz dan lanjutkan lagi di bulan lain. Lebih bagus lagi mencoba membaca terjemahan dan merenungi maknanya. Lalu mencoba menghafalnya sehingga lepas Ramadhan ada tambahan hafalan.
Sungguh segala sesuatu yang terkait dengan Al Qur'an itu mulia. Bulan turunnya Al Qur'an yaitu Ramadhan jadi mulia. Malam turunnya juga mulia yaitu lailatul qadr. Malaikat Jibril yang membawanya juga jadi mulia dan Rasulullah yang menerimanya menjadi manusia paling mulia. Raihlah juga kemuliaan itu. Mari bersahabat dengan Al Qur'an.(*)
Artikel Terkait
Renungan Ramadhan 1 - Memuliakan Ramadhan