Oleh : Bachtiar Aras, Trainer Life Revolution
PortalAMANAH.com -- Salah satu ciri utama dari orang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT adalah berinfak dan bersedekah dengan sebagian harta yang dititipkan kepadanya, baik dalam keadaan lapang maupun dalam keadaan sulit.
Orang yang senantiasa berinfak atau bersedekah disebutkan Al-Qur’an sebagai orang yang sangat mengharapkan dan mendambakan perniagaan yang tidak akan pernah merugi (QS. Fathir : 29).
Sifat dermawan dan gemar bersedekah merupakan akhlak terpuji dalam Islam. Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah Ta’ala itu Maha Memberi. Ia mencintai kedermawanan serta akhlak yang mulia dan Dia membenci akhlak yang buruk” (HR. Al Baihaqi).
Zakat, infak dan sedekah meskipun secara nominal mengurangi harta yang kita miliki, tetapi pada hakikatnya justru ia akan memperbanyak dan memberkahkan harta yang kita miliki menjadi berlipat ganda.
Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipatgandakan balasan kebaikannya dan bagi mereka pahala yang banyak (QS. Al Hadid : 18)
Sebaliknya, keengganan untuk ber-ZIS hanyalah akan merusak dan menghancurkan harta yang kita miliki. Bahkan yang lebih tragis lagi, orang yang tidak mau mengeluarkan sedekahnya malah mencela dan menghalang-halangi orang mukmin untuk mengeluarkan sedekahnya tersebut, maka ia dicap sebagai orang munafik.
Allah menyebutkan di antara sifat orang munafik di dalam Al Qur’an, “... dan tidak pula menginfakkan harta mereka melainkan dengan rasa enggan karena terpaksa” (QS. At Taubah : 54). Ayat lain menyebutkan, “...dan mereka menggenggamkan tangannya (kikir)” (QS. At Taubah : 67)
Sebuah riwayat menggambarkan, di saat nabi Muhammad sallallahu alaihi wa sallam keluar untuk mengumpulkan umatnya, seraya bersabda : “Siapa yang bersedekah, maka akulah sebagai saksinya di yaumil qiyamah kelak”. Maka spontan saja, seorang sahabat terkenal yaitu Abdurrahman bin ‘Auf datang membawa separuh dari harta kekayaannya. Dia terkenal salah seorang terkaya di kalangan para sahabat. Tetapi Umar datang mengingatkan: “Apakah engkau sadar, ya Abdurrahman?”
Jawab Abdurrahman, “Sama sekali tidak! Harta kekayaanku ada 8000. Separuhnya kupinjamkan kepada Allah dan separuhnya untukku.” Nabi sallallahu alaihi wa sallam akhirnya berdo’a untuk Abdurrahman bin ‘Auf agar yang disedekahkan dan yang tersisa memperoleh berkah dari sisi-Nya.
Kemudian seorang fakir miskin yang bernama Habhab bin Uqail datang sembari berkata :”Yaa Rasulullah, ini satu kilogram kurma. Setiap malam aku menyirami pohon kurma ini hingga aku mendapatkan dua kilo. Satu kilo kuambil dan satu kilo lagi kuberikan kepadamu” Nabi pun menyuruh Habhab untuk menyerahkan sekilogram kurma tersebut sebagai zakat.
Orang-orang munafik telah mengetahui infak dan sedekah/zakat yang diserahkan oleh Abdurrahman dan Habhab kepada nabi sallallahu alaihi wa sallam, Mereka pun mengeluarkan ungkapan yang mencela dan mengolok-olok. “Abdurrahman bin ‘Auf itu bersedekah atas dasar riya’, sedangkan Allah dan Rasul-Nya tidak mengharapkan satu kilogram kurma dari Habhab, “kata mereka.
Pada kesempatan lain, datang pula seorang laki-laki hitam dengan membawa unta yang bagus, ia berkata :”Yaa Rasulullah, ambillah unta ini”. Lalu seorang munafik nyeletuk, ”Orang macam ini bersedekah? Demi Allah, untanya lebih bagus dari orangnya”.
Mendengar perkataan si munafik itu, Rasulullah bersabda :”Engkau bohong. Dia lebih baik dari kamu dan dari unta ini”. Turunlah ayat 79 surah At-Taubah sebagai sanggahan atas kebohongan dan ejekan si munafik tersebut :
Artikel Terkait
Apa Hukum Seorang Muslim Berikan Sedekah Kepada Orang Non Muslim?
Sedekah Bukti Syukur
Spirit Tahajud -- Sedekah Membuat Hati Jadi Lapang
Sedekah
Life Revolution - Puasa Menumbuhkan Kepekaan Sosial