Oleh : Drs KH Ahkam Sumadiana MA, Murabi Nasional Hidayatullah dan Dewan Pembina Yayasan Al Bayan Hidayatullah Makassar
PortalAMANAH.com -- Dalam al-qur’an ada satu surah “al-Insan” maknanya secara bahasa, kata إنسان (Insan) menurut Ibn Mandzhur diambil dari tiga akar kata, yaitu; أَنَسَ (anasa), أَنَّسَ (annasa) serta نَسِيَ (nasiya).
Kata أَنَسَ (anasa) memiliki arti أَبْصَرَ (abshara), عَلِمَ (‘alima), إِسْتَاذَنَ (istadzana). Kata أَبْصَرَ (abshara) berarti melihat, bernalar, berpikir.
Dengannya manusia dapat mengambil pelajaran dari apa yang mereka lihat. Kata عَلِمَ (‘alima) berarti mengetahui atau berilmu.
Dengan ilmunya manusia dapat membedakan suatu perkara apakah itu benar atau salah.
Sedangkan kata إِسْتَاذَنَ (istadzana) memiliki arti meminta izin. Manusia merupakan makhluk yang beradab yang kadang meminta izin ketika akan melakukan sesuatu atau menggunakan sesuatu yang bukan miliknya.
Kata “al-Insan” dapat diartikan sebagai makhluk yang mempunyai kemampuan untuk menalar, makhluk yang berilmu serta makhluk yang beradab. [Ibnu Mandzhur, Lisan al-‘Arab, (Baerut: Dar al-Ihya al-Turats al-Arabi, 1988), hal. 306-314].
Kata أَنَّسَ (annasa) berarti jinak, ramah. [Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), cet. 14, hal. 43]. Manusia merupakan makhluk yang bersahabat dan ramah pergaulan. Sedangkan kata نَسِيَ (nasiya) berarti lupa. [ Ibid, hal. 1416].
Kata “insan” terambil dari akar kata “uns” yang berarti jinak, harmonis dan tampak. Pendapat ini jika ditinjau dari sudut pandang Al-Qur’an lebih tepat dari yang berpendapat bahwa ia terambil dari kata nasiya (lupa) atau nasa-yanusu (berguncang). [Abd. al-Lathif Muhammad al-Abduh, al-Insan fi Fikr Ikhwan al-Shafa, (Beirut: al-Maktabah al-Syabiyah, tt.].
Sedangkan kalimat “Al-Insi” dan “Al-Insan” mempunyai tinjauan yang sama di antara keduanya, yaitu dari asal kata: “anisa” yang artinya jinak kebalikan dari kalimat “wahsyi” yang berarti buas. Al-Quran mengkhususkan di antara dua kalimat itu mempunyai arti sendiri-sendiri secara khusus.
Kalimat “Al-insi” selamanya selalu dikaitkan dengan kata “Al-Jinni” sebagai lawan katanya dan berturut-turut tidak pernah berpisah dalam setiap ayat yang ada kalimat “Al-insi” yang berjumlah 18 ayat, [Ibn Arabiy, Abu Bakar Muhammad ibn Abdullah, Ahkam al-Quran, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1988), Jilid II].
Perbedaan di antara kalimat “Al-Insi dan Al-Insan”, walaupun artinya sama yakni jinak tetapi dapat dibedakan, manusia yang disebut dalam Al-Quran dengan kalimat Al-Insi selalu dirangkaikan dengan kalimat Al-Jinni seperti dalam ayat berikut;
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيراً مِّنَ الْجِنِّ وَالإِنسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لاَّ يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لاَّ يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لاَّ يَسْمَعُونَ بِهَا أُوْلَـئِكَ كَالأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُوْلَـئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ ﴿١٧٩
Artinya:”Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan “Al-Ins”, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”.[Al-A’raaf [7]:179].
Artikel Terkait
Manhaj - Pandangan Ulama Terhadap Surah Al-Alaq 1-5
Manhaj - Al-Alaq Sebagai Landasan Islam
Manhaj - Realitas Obyektif dan Fenomena Implementasi ASWJ dalam Kehidupan Saat ini