PortalAMANAH.com -- Dalam wahyu keempat yaitu surat Al-Muddatstsir ayat 1-7, Allah swt menurunkan prinsip-prinsip metode gerakan untuk penyebaran Risalah Tawhid yang diterima oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Prinsip-prinsip dalam da’wah dan jihad ini juga menjadi bagian yang sangat penting dalam Manhaj Nabawi. Karena bagaimana pun suatu gerakan perjuangan dapat saja mempunyai falsafah yang benar, ideologi yang kuat, kekuatan sumber daya manusia yang baik, tetapi tidak mempunyai prinsip-prinsip yang benar, kuat dan solid dalam sistem penyebaran dan pengembangan ajarannya, dapat saja terjerumus kepada kesalahan yang berakibat fatal.
Sejarah telah banyak mencatat, betapa banyak gerakan yang layu sebelum berkembang, yang hancur di tengah jalan, yang terpeleset, terjebak, melenceng dari garis perjuangan, aqidahnya terjual, hanyut dalam buaian dan godaan duniawi dan lain sebagainya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala Dzat yang Maha Agung, Maha Mengetahui kelemahan dan kekurangan umat manusia, termasuk kekurangan Utusan-Nya sebagai manusia biasa, juga kepada para shahabat pendukung Beliau, hingga kepada kita semua pelanjut Risalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam hingga akhir zaman.
Semangat da’wah dan jihad, harus diberikan norma-norma dan rambu-rambu yang jelas dan kuat. Setelah memberikan perintah untuk melakukan Indzaar yaitu kewajiban untuk berda’wah mengingatkan umat manusia akan eksistensi, keesaan dan kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam langsung mendapatkan rambu pertama, yaitu untuk tetap konsisten membesarkan Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan bukan yang lain.
Ini adalah godaan pertama bagi setiap gerakan perjuangan, yaitu terbukanya kesempatan untuk membesarkan diri pribadi dan kelompok dengan berbagai fasilitas duniawi, sampai-sampai melupakan tugas untuk membesarkan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Rambu kedua adalah membersihkan pakaian, dalam arti membersihkan lingkungan dari segala macam anasir yang merusak. Hati-hati dalam memilih kawan dan shahabat, karena tidak sedikit yang seperti kata pepatah, dapat menusuk kawan seiring, menggunting dalam lipatan.
Berapa banyak yang kelihatannya adalah kader yang paling taat, paling kuat beribadah, adalah musuh-musuh Allah yang menyusup untuk menghancurkan gerakan. Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam diminta untuk waspada, berhati-hati, memainkan strategi dan taktik untuk dapat menghindari jebakan-jebakan.
Jangan cepat percaya dengan penampilan fisik, selalu lah memainkan indera batin untuk menyiasati siapa saja yang hendak bergabung. Apalagi di zaman terror seperti sekarang ini, dimana dunia intelejen sudah semakin canggih, Israel dengan tangan Amerikanya sudah menyebarkan tangan mereka ke seluruh dunia.
Rambu ketiga adalah meninggalkan segala yang kotor, terutama kotoran yang bersifat ruhani seperti tumbuhnya kepentingan, pertikaian, perlombaan yang tidak sehat, nafsu serakah, hasad dan dengki, takabbur, riya dan sum’ah, khianat dan lain sebagainya.
Rambu keempat adalah menjaga kesucian niat, untuk tidak memberi hanya karena mengharap balasan dunia. Dan yang terakhir adalah, untuk kembali bersabar dalam menjalani rute perjalanan perjuangan ini, karena ia adalah perjalanan yang panjang, terjal, penuh onak dan duri, berliku, menyesakkan dada. Tidak cukup sabar biasa, dibutuhkan kesabaran ekstra, yaitu kesabaran karena Allah Subhanahu wa Ta’ala semata.(*)
Artikel Terkait
Sistematika Wahyu 18 - Mengapa Rasul Sukses Dakwah Hanya 23 Tahun
Sistematika Wahyu 19 - Bermula dari Wahyu Pertama
Sistematika Wahyu 20 - Wahyu Pertama Landasan Keimanan
Sistematika Wahyu 21 - Wahyu Kedua Berisi Idiologi dan Ajaran
Sistematika Wahyu 22 - Wahyu Ketiga sebagai Metode Gerakan