■ Oleh : Shamsi Ali, President Nusantara Foundation
PortalAMANAH com -- Dari dulu Amerika itu memang unik. Atau tepatnya Amerika selalu ingin tampil unik, beda dari negara/bangsa lain di mata dunia. Bahkan Amerika tidak mau disamai atau disamakan dengan siapapun dalam hal-hal mendasar dan biasa dari kehidupan.
Ketika orang lain menyebut bola kaki dengan football, Amerika menyebutnya Soccer. Ketika dunia menimbang sesuatu dengan ukuran kilogram, Amerika menyebutnya pound.
Dunia mengukur lebar/panjang sesuatu dengan centimeter dan hektar, Amerika memakai kata feet dan acres. Ketika dunia menyebut panjangnya perjalanan dengan kilometer, Amerika menyebutnya mile. Demikian seterusnya.
Baca Juga: Pesan Dakwah - Lupa Bahagia
Kemampuan membangun imej atau persepsi itu menjadikan Amerika kadang ingin tampil berbeda (exceptional).
Terlebih lagi ketika negara ini dipimpin oleh seorang Presiden yang rasis seperti Donald Trump. Kulit manusia pun ingin dipilah-pilah dengan penilaian kemuliaan dan kehinaan. Rasisme pun menjadi trademark keistimewaan yang menjijikkan.
Akhir-akhir disebabkan oleh beberapa peristiwa buruk di dunia global, dosa tua Amerika di Afghanistan, sisa-sisa perang Irak/Suriah yang seolah menjadi dosa turunan, kini perang Ukraine dan banyak lagi isu-isu global menyeret Amerika ke dalam ragam masalah yang cukup rumit.
Baca Juga: Adpertisi Kembali Gelar Kegiatan Pengabdian Masyarakat di Pangkep
Belum lagi krisis domestik yang klasik namun sangat rumit dan berbahaya. Permasalahan ekonomi akibat Covid, yang diperparah oleh perang Rusia-Ukraine misalnya sangat terasa dan mengkhawatirkan.
Artikel Terkait
Buka Muktamar Muslim di Amerika, Dubes Rosan: Suarakan Islam Rahmatan Lil Alamin
Hadiri Muktamar Muslim di Amerika, Oki Setiana Dewi: Amerika Biasa, Muktamar Luar Biasa
Muhammadiyah Jadi Organisasi Resmi di Amerika. Namanya Muhammadiyah USA Incorporated
Interfaith and Islamophobia. Bag. 4 : Manfaat bagi Dakwah di Amerika
IPIM Undang Rektor UIM Kunjungi Amerika Program IVLP