Pawai Obor, Koin "Muharremiyelik", Hingga Doa Kejayaan Al Hambra

- Senin, 1 Agustus 2022 | 20:00 WIB
AM Iqbal Parewangi
AM Iqbal Parewangi

Oleh : AM Iqbal Parewangi, Ketua Majelis Istiqamah ICMI Muda Indonesia

PortalAMANAH.com -- Semarak Tahun Baru Islam 1 Muharram senantiasa menghadirkan semangat baru. Kegembiraan generasi baru. Hikmah kejayaan berhijrah. Juga harapan akan kebangkitan kembali.

Cahaya kegembiraan dari pawai obor sejauh 2 kilometer, hasil kolaborasi indah pelajar dan santri, menandai Tahun Baru Islam 1 Muharram 1444 Hijriah di Sidrap. Serupa, kirab Muharram berlangsung semarak di Solo.

Di berbagai sudut penting kota metropolitan Jakarta, suasana semarak kian membuncah saat ondel-ondel dan musik tradisional Betawi mengiringi pawai obor. Alunan musik Gambang Kromo yang menyatu dengan suara drumband dan marawisan, diperkaya warna-warni kembang api silih berganti, menciptakan harmoni indah nan syahdu di malam Tahun Baru Islam 1444 Hijriah.

Baca Juga: Tadabbur QS. Al-Baqarah Ayat 214, Pertolongan Allah Itu tadabbur

Di Istana Sultan di Istanbul, Turki, perayaan Tahun Baru Islam punya keseruannya sendiri. Selain doa bersama, dan pembacaan puisi terkait peristiwa penting di bulan Muharram, para pejabat istana juga membagikan koin emas dan perak kepada masyarakat yang berkumpul. Koin-koin itu dicetak khusus dengan tulisan “Muharremiyelik” dan “Semoga Diberi Kelimpahan Tahun Ini”.

Substansi perayaan Tahun Baru Islam, seperti tersirat di cahaya obor dan koin Muharremiyelik itu, adalah masa depan berkelimpahan kegembiraan, harapan, dan kejayaan.

***

Kalender Hijriah, yang didasari oleh kejayaan berhijrah dan tersusun dalam tempo singkat, merupakan penanda awal tak sederhana dalam bentangan panjang kejayaan peradaban Islam.

Baca Juga: Mutiara Hadits -- Tidak Boleh Iri Kecuali pada Dua Orang ini

Sistem penanggalan membutuhkan nalar matematika sekaligus imajinasi astronomi yang tak mudah, memang. Hisab salah satu buah lezat matematisnya. Namun ada yang rumit di balik itu, sebagaimana rumitnya sistem tumbuhan yang memungkinkan hadirnya buah, yaitu pilinan imajinasi astronomis hingga terpantik ide awal penyusunan kalender. Karena itu, kalender menjadi penanda penting atas capaian peradaban cerdas manusia.

Yang tertua kalender Yahudi, disebut Sedar Olam. Yang paling lama digunakan, menurut legenda berkembang sejak 3.000 tahun sebelum Masehi, adalah Kalender Imlek Tionghoa. Kalender Saka dari India dimulai tahun 78 Masehi.

Kalender Jawa merupakan adaptasi dari penanggalan Saka, berlaku sejak tahun 1625 Masehi berdasarkan dekrit Sultan Agung. Yang luas dikenal di negara kita adalah Kalender Masehi dan Kalender Hijriah.

Baca Juga: Inspirasi - Halaqah Terbaik Halaqah Subuh

Halaman:

Editor: Firmansyah Lafiri

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Ibaad ar-Rahman. Bag 4

Kamis, 31 Agustus 2023 | 20:25 WIB

Ibaad ar-Rahman. Bag 3

Kamis, 31 Agustus 2023 | 20:22 WIB

Ibaad Ar-Rahman. Bag. 2

Kamis, 31 Agustus 2023 | 20:19 WIB

Ibaad ar-Rahman. Bag 1

Kamis, 31 Agustus 2023 | 20:16 WIB

Kemerdekaan dan Maqashid as-Syariah

Kamis, 31 Agustus 2023 | 20:13 WIB

American Hispanic Muslim

Kamis, 31 Agustus 2023 | 20:09 WIB

Prinsip Kepemimpinan yang Efektif

Kamis, 31 Agustus 2023 | 20:05 WIB

As-Sholatu al-Ibtahimiyah dan Bangsa Besar itu

Kamis, 31 Agustus 2023 | 20:02 WIB

Mengharap Hanya kepada Allah

Kamis, 31 Agustus 2023 | 19:55 WIB

Kalkulasi kehidupan

Kamis, 31 Agustus 2023 | 19:47 WIB

Alergi Perubahan itu Bentuk Arogansi

Kamis, 31 Agustus 2023 | 19:44 WIB

Pilih 10 Ribu Baru atau 100 Ribu Lama

Selasa, 29 Agustus 2023 | 15:54 WIB

Kalkulasi kehidupan

Rabu, 2 Agustus 2023 | 05:27 WIB

Musibah dan Kehidupan

Sabtu, 29 Juli 2023 | 19:17 WIB

Menjaga Silaturrahim Umat

Sabtu, 29 Juli 2023 | 19:14 WIB

Esensi Hijrah itu Perubahan

Sabtu, 29 Juli 2023 | 19:10 WIB

Peradaban Islam - Musibah dan Ketaqwaan Sosial

Rabu, 26 Juli 2023 | 04:00 WIB

Merawat Spirit Hijrah, Menuju Semangat Perubahan

Jumat, 21 Juli 2023 | 13:15 WIB

Bisnis, Sunnah Rasul yang Terabaikan

Jumat, 14 Juli 2023 | 18:30 WIB

Terpopuler

X