Menuju Kemandirian Pesantren. Bag 1

- Kamis, 10 November 2022 | 11:57 WIB
Santri
Santri

PortalAMANAH.com -- Dalam dunia pendidikan swasta, termasuk pesantren, setidaknya ada 2 model kepemilikan dan pengeloalaanya, yaitu yayasan keluarga dan wakaf.

Banyak hal yang melatar-belakangi pendirian yayasan keluarga, diantaranya untuk mencari penghasilan; kurang percaya pada lembaga lain, menggunakan yayasan sebagai wadah untuk menunjukkan atau mengekalkan eksistensi di tengah perubahan zaman.

Sedangkan diantara yang melatar-belakangi lembaga pendidikan model wakaf adalah menjaga eksistensi dan perkembangan lembaga tersebut dari generasi ke generasi.

Baca Juga: Khazanah Sejarah - Perspektif Historis, Muhammadiyah sebagai Gerakan Pencerahan

Beberapa tantangan yang dihadapi oleh yayasan keluarga hampir sama dengan organisasi nirlaba lain, misalnya: keterbatasan sumberdaya finansial dan manusia, di samping pengelolaan program dan penggalangan dana.

Hal ini nampaknya tidak dihadapi oleh lembaga wakaf. Dalam dunia pesantren, model wakaf cenderung mengalami perkembangan yang cepat dan pesat, karena siapapun --baik yang di dalam maupun yang di luar di luar pesantren-- bisa dan merasa terpanggil untuk membesarkan pesantren tersebut (yang notabenenya milik umat).

Selain itu, pesantren wakaf, lebih terbuka baik secara manajemen maupun administrasi. Sedangkan pesantren keluarga, perkembangannya cenderung lambat.

Baca Juga: Spirit Tahajud - Mencintai dan Dicintai Allah

Hal ini karena tidak semua pihak, apalagi yang di luar pesantren, merasa terpanggil untuk membesarkan pesantren. Kepemimpinan dalam pesantren keluarga banyak dipengaruhi oleh kharismatik kyainya daripada sistem yang berlaku di pesantren tersebut. 

Pesantren wakaf, karena milik umat, maka regenarasi dan suksesinya lebih mengedepankan profesionalitas daripada keturunan atau ras.

Berbeda dengan pesantren keluarga yang biasanya lebih mendahulukan faktor keturunan atau keluarga daripada profesionalitas.

Baca Juga: Refleksi Kehidupan - Menjadi Pahlawan Nasional

Jika tidak dibarengi dengan kaderisasi yang terukur dan terstruktur, akan mengancam perkembangan bahkan eksistensi pesantren keluarga tersebut.

Fakta membuktikan beberapa pondok pesantren mengalami stagnan bahkan ‘gulung tikar’ karena lemahnya kaderisasi dalam pesantren tersebut.

Halaman:

Editor: Firmansyah Lafiri

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Daftar Sekolah Pesantren Bermanhaj Salaf 6-6

Jumat, 28 Juli 2023 | 13:30 WIB

Daftar Sekolah Pesantren Bermanhaj Salaf 5-6

Jumat, 28 Juli 2023 | 13:27 WIB

Daftar Sekolah Pesantren Bermanhaj Salaf 4-6

Jumat, 28 Juli 2023 | 13:23 WIB

Daftar Sekolah Pesantren Bermanhaj Salaf 3-6

Jumat, 28 Juli 2023 | 13:20 WIB

Daftar Sekolah Pesantren Bermanhaj Salaf 2-6

Jumat, 28 Juli 2023 | 13:15 WIB

Daftar Sekolah Pesantren Bermanhaj Salaf 1-6

Jumat, 28 Juli 2023 | 13:09 WIB

UIM Tuan Rumah Rakornas IMABI Se-Indonesia 2023

Minggu, 26 Februari 2023 | 18:21 WIB

Mahasiswa UIM Siap Sukseskan Program Kampus Mengajar

Minggu, 26 Februari 2023 | 18:17 WIB

UIM Kembali Hadirkan Presiden CECF

Minggu, 26 Februari 2023 | 18:03 WIB

KKMI Makassar Bimtek IKM Madrasah

Selasa, 7 Februari 2023 | 08:34 WIB

Kunjungi UIM, Kalla Motivasi jadi Kampus Diminati

Rabu, 1 Februari 2023 | 09:30 WIB

Satu Abad NU, UIM Gelar Zikir dan Istigosah

Jumat, 27 Januari 2023 | 08:54 WIB

Terpopuler

X