PortalAMANAH.com -- Dalam dunia pendidikan swasta, termasuk pesantren, setidaknya ada 2 model kepemilikan dan pengeloalaanya, yaitu yayasan keluarga dan wakaf.
Banyak hal yang melatar-belakangi pendirian yayasan keluarga, diantaranya untuk mencari penghasilan; kurang percaya pada lembaga lain, menggunakan yayasan sebagai wadah untuk menunjukkan atau mengekalkan eksistensi di tengah perubahan zaman.
Sedangkan diantara yang melatar-belakangi lembaga pendidikan model wakaf adalah menjaga eksistensi dan perkembangan lembaga tersebut dari generasi ke generasi.
Baca Juga: Khazanah Sejarah - Perspektif Historis, Muhammadiyah sebagai Gerakan Pencerahan
Beberapa tantangan yang dihadapi oleh yayasan keluarga hampir sama dengan organisasi nirlaba lain, misalnya: keterbatasan sumberdaya finansial dan manusia, di samping pengelolaan program dan penggalangan dana.
Hal ini nampaknya tidak dihadapi oleh lembaga wakaf. Dalam dunia pesantren, model wakaf cenderung mengalami perkembangan yang cepat dan pesat, karena siapapun --baik yang di dalam maupun yang di luar di luar pesantren-- bisa dan merasa terpanggil untuk membesarkan pesantren tersebut (yang notabenenya milik umat).
Selain itu, pesantren wakaf, lebih terbuka baik secara manajemen maupun administrasi. Sedangkan pesantren keluarga, perkembangannya cenderung lambat.
Baca Juga: Spirit Tahajud - Mencintai dan Dicintai Allah
Hal ini karena tidak semua pihak, apalagi yang di luar pesantren, merasa terpanggil untuk membesarkan pesantren. Kepemimpinan dalam pesantren keluarga banyak dipengaruhi oleh kharismatik kyainya daripada sistem yang berlaku di pesantren tersebut.
Pesantren wakaf, karena milik umat, maka regenarasi dan suksesinya lebih mengedepankan profesionalitas daripada keturunan atau ras.
Berbeda dengan pesantren keluarga yang biasanya lebih mendahulukan faktor keturunan atau keluarga daripada profesionalitas.
Baca Juga: Refleksi Kehidupan - Menjadi Pahlawan Nasional
Jika tidak dibarengi dengan kaderisasi yang terukur dan terstruktur, akan mengancam perkembangan bahkan eksistensi pesantren keluarga tersebut.
Fakta membuktikan beberapa pondok pesantren mengalami stagnan bahkan ‘gulung tikar’ karena lemahnya kaderisasi dalam pesantren tersebut.
Artikel Terkait
Hadirkan Murabbi Wilayah Hidayatullah Sulsel, Pesantren Hidayatullah Belopa Pengajian Orangtua Santri
Gerakan 1 Masjid 1 Buku Dicanangkan dari Masjid Pesantren Lorong Raudhah Indonesia
Lewati Seleksi Ketat, 9 Pasang Dai/Daiyah Ikuti Pernikahan Mubarak di Al Bayan Pesantren Hidayatullah Makassar
Semarak 1 Muharram, UIM Pawai dan Gelar Pesantren Arbain III
Pesantren Al Imam Ashim Makassar Bentuk Kelas Menulis. Ajak Santri Miliki Keahlian dan Kebiasaan Menulis