PortalAMANAH. com -- Terlepas dari status atau model suatu pesantren, upaya kemandiriannya tidak bisa dipisahkan dari aspek ekonomi. Untuk itu, setidaknya tiga strategi yang bisa dilakukan untuk kemandirian sebuah pesantrenn, yaitu: identifikasi, kemitraan, dan tertib administrasi:
Pertama, Identifikasi
Identifikasi potensi yang ada di pesantren meliputi SDA (Sumber Daya Alam) dan SDM (Sumber Daya Manusia). Maksud dari SDA di sini adalah kondisi lingkungan yang punya potensi untuk dikembangkan.
Pengembangan ekonomi pesantren tidak bisa dilepaskan dari ‘kearifan lokal’ yang dimiliki setiap pesantren. Pesantren-pesantren yang berada di wilayah tandus dan sulit air tentu tidak bisa dipaksakan dengan pengembangan agrobisnis.
Baca Juga: Menuju Kemandirian Pesantren. Bag 1
Pun demikian halnya dengan pesantren yang berada di wilayah pesisir. Identifikasi ini pula yang menjadi faktor penting dalam mewujudkan community economic development.
Sedangkan SDM dalam konteks pesantren adalah guru dan santri. Dalam hal ini, pesantren harus mampu memetakan potensi guru dan santri sesuai minat dan bakat.
Tuntutan perkembangan zaman dan ragam kebutuhan di dunia kerja merupakan peluang sekaligus tantangan bagi dunia pesantren untuk mampu menyiapkan tenaga unggul yang kompatibel dengan realitas dunia luar.
Baca Juga: Khazanah Sejarah - Perspektif Historis, Muhammadiyah sebagai Gerakan Pencerahan
Pesantren sebagai pusat tafaqquh fiddin, hendaknya tidak menutup mata dari penyiapan kader-kader ‘siap pakai’ di bidang yang lain.
Kedua, Kemitraan.
Kemitraan ini memungkinkan pesantren untuk menutupi kekurangan resource, sumber daya finansial, sumber daya manusia, dan ketiadaan infrastruktur.
Kemitraan ini bisa dilakukan dengan beragam lembaga, baik swasta maupun pemerintah. Termasuk dalam lingkup kemitraan adalah kerjasama antar pesantren yang diharapkan terjadi hubungan yang mutualisme.